Tulisan 2 !
1.
Pengalaman
stres yang saya alami disini saat saya masih duduk dibangku SMK. Ya, karena
kebetulan saat SMK saya mengikuti suatu organisasi bahkan menjabat sebagai
ketua dalam organisasi tersebut. Betapa banyak permasalahan yang ada di organisasi
yang bisa membuat saya atau bahkan satu angkatan saya mengalami stres, salah
satunya yang akan saya ceritakan adalah saat angkatan juga junior-junior saya
memutuskan untuk mengikuti lomba di luar Kabupaten Bekasi. Dalam keputusan awal
ini sebenernya tidak telalu berdampak begitu besar pada tingkat stres yang saya
alami, di awal-awal latihan persiapan lomba tidak telalu mengalami bayak
masalah, karena prosesnya seperti biasa jika ada lomba yang akan kami ikuti.
Tetapi saat mulai masuk waktu Tekhnical Meeting, ini sudah mulai banyak
menghabiskan waktu untuk berpikir bagaimana caranya kami semua bisa mengikuti
lomba ini, yang ternyata tidak mendapat izin dari pihak sekolah, karena lomba
ini diadakan saat sekolah sudah memasuki masa liburan. Setiap jam saat sekolah,
sering kali saya dan teman satu angkatan memikirkan mau seperti apa konsep kita
nanti, bagaimana cara mendapat izin orangtua murid, agar mengizinkan
anak-anaknya mengikuti lomba ini.
Singkat cerita, disini saya dan
teman-teman, memikirkan administrasi persyaratan untuk lomba tersebut (karena
tidak mendapat izin sekolah, jelas kami melakukan suatu kecurangan administrasi),
memikirkan cara berangkat ke Bogor nanti (tempat kami mengikuti lomba),
memikirkan anggota lomba yang saat H-1 batal ikut karena ketahuan oleh
orangtuanya ini bukan izin resmi yang diberikan sekolah, bahkan saat selesai
lomba dan masuk sekolah, kami bermasalah dengan para pembina ekstrakulikuler,
kami memikirkan perpecahan antara alumni organisasi dengan pihak sekolah (masih
dalam pembahasan lomba kami ini, pihak alumni membela kami, sedangkan pihak
sekolah tidak terima), dan disitu posisinya saya dan teman-teman kelas 3 yang
sebentar lagi akan mengalami ujian, pikiran-pikiran negatif pun akhirnya muncul
di tiap kepala kami, di skorsing lah,
tidak diizinkan ikut ujian nasional, atau bahkan dipanggil orangtua, aaah… itu membuat kami semua stres,
pusing, dan tidak tahu harus melakukan apa.
Tetapi kami semua bersyukur,
ditengah kegundahan kami, stres kami yang memuncak, banyak alumni yang
memotivasi kami dan meberikan dukungan pada kami, bahkan semangat ini kami
dapat bukan hanya dari alumni yang satu organisasi dengan saya, bahkan yang
beda organisasi pun medukung kami, dan meminta kami tidak memikirkan hal ini,
kami semua diminta untuk tetap fokus dengan belajar untuk menghadapi ujian.
Diujung keputusan, kami semua disidang dengan petinggi sekolah, ada kepala
sekolah, wakil kepala sekolah juga para pembina organisasi, kami diminta
meminta maaf dengan membuat surat pernyataan. Perasaan kami semua sedih, kacau
saat pembina organisasi mengungkapkan kekecewaannya pada kami semua meski
beliau bangga pada kami, karena kami berhasil memenangkan perlombaan tersebut
dengan mendapat piala Menpora dan uang jutaan rupiah. Tingkat kebingungan kam
semua memuncak karena alasan kami melakukan ini sebenarnya karena ingin mebuat
pembina kami bangga. Yaa, banyaknya kondisi yang menekan ini yang membuat kami
semakin stres, tidak banyak cara kami menanggulanginya selain dengan
menggunakan strategi terfokus masalah. Kami semua memfokuskan perhatian pada
masalah yang ada, mencari permasalahn alternatif, dan menentukan dengan cara
tersebut dapat di implementasikan atau tidak. Dan dari banyaknya motivasi dari
pihak lain yang membuat saya dan juga teman-teman bisa menyelesaikan dengan
baik, tetap tenang dalam menghadapi masalah ini dan bisa bertanggung jawab atas
apa yang telah kami lakukan.
2.
Terdapat berita mengenai stres yang saya
ambil dari Warta Kota edisi Kamis 17 April 2014 yang berjudul “Caleg Camel
Petir Mengaku Stres Berat”, yang isinya sebagai berikut,
Caleg
Camel Petir Mengaku Stres Berat
Pedangdut ini mengaku stres saat
menunggu hasil pemungutan suara. “Kalau dibilang stres memang benar. Karena
deg-degan menunggu keputusan KPU soal hasil suara partai”, ujar Camel saat
ditemui watawan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Camel juga mengungkapkan
bahwa ia stres bukan karena memikirkan suaranya tapi lebih pada ke partai, dn
hasil dari quick count itu belum bisa dipercaya karena jumlah yang valid adalah
yang berasal dari hasil perhitungan KPU. Sementara Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) telah menyiapkan jaminan kesehatan bagi caleg yang stres karena
kalah Pileg 2014 di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Kepala Bidang Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Indragiri Hulu siap menangani dan
mengantarkan para caleg yang mengalami gangguan mental ke RSJ di Pekanbaru.
Sedangkan Kesiapan Dinsos Inhu ini dilakukan guna mengatasi dampak Pileg 2014
yang sudah memasuki tahapan penghitungan dan penetapan kursi.
“Sesuai tupoksi kami siap
mengantarkan ke RSJ di Pekanbaru bila memang ada caleg yang stres dan ingin
direhabilitasi,” katanya. Seperati diberitakan, seperti Pileg 2009 dengan
banyaknya caleg gagal jadi anggota dewan yang menderita gangguan jiwa, tahun
ini RSJ Soeharto Heerdjan di Jl Latumenten, Grogol, Jakarta Barat, siap
menampung mereka. Bahkan pihak RSJ telah menyiapkan ruangan VIP untuk para
pasien caleg gagal.
Pendapat saya mengenai berita yang
berkaitan dengan stres ini, seharusnya untuk para calon pemimpin mereka sudah
harus memiliki kepribadian yang baik, juga dalam sisi psikologisnya.
Kepribadian yang sehat akan selalu berpikir positif meskipun ada tujuan yang
tidak bisa dicapai, inilah salah satu bentuk menurunnya kadar calon pemimpin
Indonesia, dimana mereka yang seharusnya sudah lebih unggul sehingga layak
menjadi calon pemimpin malah mengalami stres berlebihan yang menyebabkan mereka
yang gagal dalampemilihan harus masuk dalam RSJ. Seperti yang dikatakan dosen
Psikodiagnostik, seharunya mereka yang gagal jika memiliki kepribadian yang
baik tidak harus mengalami stres berlebihan karena tidak tercapainya tujuan
ini. Semoga hal ini bisa dijadikan suatu pembelajaran, bahwa kita harus siap
atas hasil baik ataupun buruk dalam suatu pencapaian tujuan, sedih boleh asal
jangan berlebihan atau menimbulkan depresi karena itu bukanlah tipe dari
pekribadian yang matang.
Sumber
:
1. Warta
Kota, Kamis 17 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar