Mickey Mouse

Selasa, 24 November 2015

TUGAS 3 SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI


Mau Jadi Apa?????
Audi R.I

            Setiap ada pertanyaan, “Jurusan psikologi? nanti gedenya mau apa?”. Pasti otak akan bekerja lebih keras dari biasanya, stimulus-stimulus mulai “bergentayangan”, HRD, Psikolog, Guru BK, atau gabung sama Biro. Ya, itu semua akan keliling diotak dan pikiran mulai menerawang. Mau pilih apa ya?
            Tapi bagi saya sendiri, setiap ada pertanyaan itu muncul yang pertama kali saya bayangkan bisa masuk sebagai HRD. Kenapa HRD? Ya awalnya karena saya lulusan SMK jurusan Administrasi Perkantoran, erat kaitannya dengan perkantoran, dan karena dijurusan itu juga yang membawa saya untuk bisa PKL (Praktek Kerja Lapangan) disuatu perusahaan di daerah Cikarang sebagai HRD. Ditambah saya mendapat informsi, HRD kebanyakan jurusan Psikologi atau Hukum. Faktor-faktor itu yang membuat saya berfikir, mungkin saya memlilih HRD. Mungkin dengan lulusan Administrasi Perkantoran, pernah PKL sebagai HRD dan sekarang memilih Psikologi, yang memastikan saya untuk yakin menginginkan pekerjaan tersebut.
            Bukan lulusan yang gerrr kalau bukan jadi psikolog juga, ini pernyataan yang akhir-akhir ini terbayang. Iya juga ya, masa jurusan psikologi gamau jadi psikolog? Gak mungkin. Keinginan jadi psikolog, bukan hal yang aneh. Hampir setiap mahasiswa atau mahasiswi pasti memiliki keinginan untuk bisa jadi psikolog. Tetapi, berhubung lulusan S1 tidak bisa langsung menajdi psikolog, banyak yang akhirnya berpikiran untuk berpikir lebih matang. Terutama yang sudah “lelah” berkutat dengan tugas-tugas psikologi yang luar biasa dan serangkaian studi kasus yang harus dijalankan jika ingin melanjutkan jenjang selanjutnya.
            Sebenarnya, cita-cita ataupun semua jenis pekerjaan yang diharapkan setelah lulus dari perkuliahan masing-masing masih banyak pertimbangan. Misal HRD, setelah mengikuti seminar yang diadakan BEM Psikologi beberapa minggu yang lalu, membuat saya pribadi agak sedikit berpikir ulang untuk memilih jenis pekerjaan satu ini. Tidak segampang dan semudah yang saya bayangkan, yang pasti saya merasa ada perbedaan antara pekerjaan yang dijelaskan saat seminar dengan masa ketika saya melakukan PKL sebagai HRD disebuah perusahaan. Kemudian Psikolog, saya pribadi sebagai mahasiswi yang agak sedikit lelah jika lulus S1 ini harus kembali berkutat dengan tugas-tugas atau laporan-laporan. Soal penerimaan materi masih bisa diterima atau diikuti, tapi saya belum tentu sanggup dengan segala macam tugas atau studi kasus yang harus dijalankan saat menjalani program S2.
            Hal diatas itu bentuk pertimbangan saya pribadi yang sampai tulisan diketik ini pun saya belum tahu pasti akan lanjut kemana atau memilih yang mana. Tetapi sebenernya, jika kamu belum mencoba kamu engga akan tahu kemampuanmu sampai dimana, dan jika semua kamu niatkan “Lillah” tidak akan ada kata “Lelah” :). Yang terpenting jenis apapun pekerjaan, cita-cita apa yang diinginkan, harapan apa yang ingin terwujud sesudah lulus sebagai lulusan Psikologi kalian harus bisa bertanggung jawab atas apa yang sudah dipilih. Tetap jadi pribadi yang bisa membanggakan almamater dan jadilah Generasi Pengubah Bangsa‼

Minggu, 08 November 2015

Tugas 2 - Sistem Informasi Psikologi


Audi Resti Irwanti
11512239 – 4PA09
Tugas 2 !

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

                 Pada tugas sebelumnya, sudah dijelaskan apa itu sistem informasi dan penerapannya pada beberapa aspek. Sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu (Jogiyanto, 2005). Sedangkan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Menurut Robert A.Leitch dan K. Roscoe Davis (dalam Jogiyanto, 2005), sistem informasi merupakan suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
                 Psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang jiwa dan tubuh yang berasal dari kata psyche artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Secara umum dari pengertian antara sistem informasi dengan psikologi diatas, saya mengambil kesimpulan bahwa sistem informasi psikologi merupakan suatu prosedur kegiatan yang berkaitan dengan kebutuhan pengolahan, mendukung operasi, menyediakan pihak luar dengan laporan-laporan yang diperlukan khususnya dalam bidang jiwa dan tubuh manusia (psikologi).
                 Sistem informasi memang suatu hal yang bisa diterapkan hampir pada semua bidang khususnya psikologi. Bukan hal yang tabu lagi jika sistem informasi sudah merambah pada dunia psikologi. Dibawah ini akan dibahas sedikit mengenai contoh penerapan sistem informasi pada bidang psikologi,
a.       Tes-tes psikologi berbasis komputer
Beberapa tes psikologi yang mengukur minat, kepribadian, dsb sudah dapat dilakukan dengan menggunakan sistem komputer contohnya Papi Kostick. Dengan adanya tes psikologi yang terintegrasi dengan sistem komputer, memudahkan individu yang melaksanakan tes tersebut. Dalam melakukan skoring-pun juga bisa lebih mudah dilakukan. Selain itu, tes kepribadian juga sudah dapat dilakukan dengan membuka situs-situs yang berkaitan. Hasilnya pun langsung bisa didapatkan. Tapi sebaiknya jika kalian memang ingin melakukan hal tersebut lakukan pada sumber yang memiliki kejelasan, situs yang terpercaya, bukan asal.
b.      Kuesioner atau penyebaran angket
Dalam hal ini lebih mengarah pada penyebaran kuesioner yang biasa dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswi psikologi, dengan adanya sistem informasi penyebaran ini bisa lebih mudah dilakukan, karena angket atau kuesioner ini dapat dibuat dengan sistem komputerisasi. Waktu pun akan menjadi sangat efektif karena proses penyebaran bisa dilakukan lewat media-media sosial.
c.       Adanya aplikasi SPSS
SPSS sendiri sudah tidak asing bagi mahasiswa ataupun mahasiswi psikologi, yang merupakan suatu aplikasi komputer statistik. Perannya begitu membantu dalam penghitungan. Meskipun SPSS digunakan bukan hanya untuk psikologi, tapi aplikasi ini juga sangat sering digunakan terutama penghitungan mahasiswa-mahasiswi yang mengambil metode penelitian kuantitatif yang membutuhkan perhitungan dengan SPSS.

Daftar Pustaka
1.     www.ilmupengetahuan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=55:psi&catid=39:msi&Itemid=57
2.      Basuki, H. (2006). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Jumat, 09 Oktober 2015

Sistem Informasi dan Penerapannya


Audi Resti Irwanti
4PA09 / 11512239
Tugas 1 !

            Sebelum membahas pengertian sistem informasi, kita harus mengetahui terlebih dahulu arti dari dua kata ini, sistem dan informasi. Sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu (Jogiyanto, 2005). Sedangkan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Kegunaan informasi ini untuk mengurangi ketidakpastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan (Jogiyanto, 2005).
            Dari pengertian sistem dan informasi diatas tersebut, maka baru kita bisa menjelaskan seperti apa pengertian dari sistem informasi itu. Menurut Robert A.Leitch dan K. Roscoe Davis (dalam Jogiyanto, 2005), sistem informasi merupakan suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
            Sistem informasi ini dapat diterapkan dalam banyak aspek, misalnya saja dalam pendidikan, organisasi, SDM, kesehatan, dsb. Disini saya akan sedikit membahas penerapan sistem informasi dalam aspek kesehatan khususnya keperawatan. Dengan adanya perkembangan teknologi sistem informasi keperawatan berbasis komputer, ini akan memudahkan dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan kepada pasien, juga dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien secara optimal. Dengan sistem informasi keperawatan juga dapat mengurangi resiko-resiko kehilangan data, memudahkan dalam mencari data yang tersimpan, dan banyak lainnya. Sehingga penerapan sistem informasi ini begitu penting untuk mendukung profesionalisme berbagai macam bidang khususnya keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
  1. www.ilmupengetahuan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=55:psi&catid=39:msi&Itemid=57
  2. m.kompasiana.com/140473/peningkatan-mutu-pelayanan-keperawatan-melalui-sistem-manajemen-keperawatan-berbasis-komputer_552a192df17e61175ad623d9

Senin, 11 Mei 2015

Tugas kedua Psikoterapi



Audi Resti Irwanti
3PA09 – 11512239
Tugas Psikoterapi 2 !
TERAPI KELUARGA
1.      Pengertian Terapi Keluarga !
Menurut Roberts & Greene (2008) terapi keluarga adalah suatu bentuk terapi relasi (a relationship form of therapy), yang sering dipraktikkan dalam suatu kerangka sistem. Sedangkan menurut Kartini Kartono dan Gulo (dalam Somaryati dan Astutik) adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah hubngan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Terapi keluarga menurut Almasitoh adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga ini bisa saja dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain.
Jadi terapi keluarga ini merupakan suatu proses penanganan masalah yang berkaitan dengan hubungan antara sesama keluarga.

2.      Cara melakukan terapi keluarga!
Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam terapi keluarga, diantaranya :
§  Pemeragaan
Memeragakan saat terjadinya masalah yang bersangkutan muncul. Misalnya ayah dan anaknya yan sedang bertengkar, kemudain terapis membujuk mereka untuk terus berbicara setelah itu terapis memberikan saran-saran dan bisa disebut dengan psikodrama.
§  Homework
Mengumpulkan seluruh anggota keluarga agar saling berkomunikasi diantaranya.
§  Family Sculpting
Mendekatkan diri dengan anggota keluarganya yang lain dengan cara nonverbal
§  Genograms
Sebuah cara bermanfaat untuk mengumpulkan dan mengorganisasi informasi tentang keluarga genogram, yaitu sebuah diagram terstruktur dari sistem hubungan tiga generasi keluarga.

Dan tahapan dalam terapi keluarga juga bisa seperti,
§  Initial Interview
Proses ini meliputi :
a.      Engagement Stage
Pertemuan keluarga dan menjelaskan apa yang mereka inginkan.
b.      Assessment Stage
Mengindentifikasi masalah yang menjadi perhatian keluarga.
c.       Exploratioan Stage
Terapis dan keluarga mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama.
d.      Goal-Setting Stage
Terapis mensistensi semua informasi, dna anggota keluarga menetapkan apa yang  ingin mereka ubah.
e.       Termination Stage
Akhir pada fase ini, yang menetapkan kontrak untuk pertemuan berikutnya dan siapa saja anggota keluarga yang harus hadir dalam perteman tersebut.
§  Fase Kerja
Yang bertujuan untuk mmbantu keluarga menerima dan menyesuaikan diri dengan  perubahan, selama fase ini terapis mengidentifikasi kekuatan dan permasalahan keluarga.
§  Fase Terminasi
Biasanya hal ini terjadi jika keluarga merasa perubahan yang terjadi mengancam fungsi keluarga yang sudah ada. Terapis harus melakukan review terhadap masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga. Dan jika sudah terselesaikan, maka terminasi harus dilakukan.

3.      Manfaat dalam terapi keluarga, diantaranya :
§  Membantu memperjelas komunikasi dalam keluarga dan menghindarkan adanya keluhan-keluhan.
§  Mengembangkan komunikasi bagi seluruh keluarga
§  Menyusun kembali kesatuan dan menyembuhkan perpecahan yang terjadi dalam datu keluarga.
§  Dapat meningkatkan keterampilan interpersonal dan perilaku
§  Mampu mengembangakan koomuniiasi secara terbuka
§  Dapat meningkatkan fungsi keluarga secara optimal
§  Dapat memfasilitassi perubahan positif dalam keluarga

4.      Kasus-kasus yang dapat diselesaikan dalam terapi keluarga, biasanya terjadi dalam kasus pendidikan, baik pada anak yang memiliki hambatan dalam belajar ataupun anak-anak yang mengalami gangguan mental sehingga peran keluarga sangat dibutuhkan dalam permasalahan ini selain pada lingkungan. Kasus lain yang bisa ditangani dengan terapi keluarga juga pada konflik perkawinan, bidang sosial seperti pada kenakalan remaja karena meski lingkungan sangat berpengaruh pada proses perkembangan anak, tetapi dalam pembentukan komunikasi keluarga ataupun pola asuh juga mempengaruhi dan juga bidang klinis seperti pada anorexia ataupun skizofrenia.

5.      Contohnya :
Anak yang menderita szikofrenia, kemudian orangtuanya membawa ke rumah sakit untuk ditangani, setelah bertahun-tahun melakukan proses terapi, kondisi anak ini semakin membaik, sehingga bisa untuk diperbolehkan kembali pulang kerumah. Namun saat kembali kerumah, kondisi anak ini kembali memburuk, hingga oramgutanya kembali membawa anak tersebut ke rumah sakit. Tetapi setelah dicari kemabli apa penyebab munculnya indikasi gangguan tersebut, ternyata dari pihak kelurganya yang ternyata tidak menerima keadaan si anak yang mengalami ganggua tersebut, dan jika si anak melakukan suatu hal yang dianggap tidak wajar, anak ini terus dimarahi. Dan dari contoh ini, seharusnya dilakukan terapi keluarga, agar mampu memberikan kasih sayang yang utuh dan juga mampu memberikan dukungan pada anak.

Daftar Pustaka :
  1. Almasitoh. (2012). Model Terapi Keluarga. Magistra No. 80 th.XXIV
  2. Fawziah, A., Rohana & Hidayat, A.R. (2011). Tugas Psikoterapi: Family Therapy (Terapi Keluarga). Diakses pada tanggal 10 Mei 2015, dari http://www.scribd.com/doc/111760136/Family-Therapy-Terapi-Keluarga 
  3. Roberts, A.R & Greene, G.J. (2008). Buku Pintar Pekerja Sosial. Jakarta : Gunung Mulia
  4. Somaryati & Astutik, S. (2013). Family Therapy dalam Menangani Pola Asuh Orang Tua yang Salah pada Anak Slow Learner. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam. Vol.03 No 01
  5. Wijayanti, D.Y. (2010). Terapi Keluarga. Diakses pada tanggal 10 Mei 2015, dari https://macind.files.wordpress.com/2010/12/terapi-keluarga.pptx