Mickey Mouse

Minggu, 09 November 2014

Tugas 2 - Psikologi Manajemen


TUGAS 2 PSIKOLOGI MANAJEMEN
(Audi Resti Irwanti - 11512239)
3PA09

I.         Bentuk teori motivasi yang dianggap tepat untuk bisa menggerakan proses karyawan dengan penuh semangat, antara lain :
1.      Teori Tata Tingkat-Kebutuhan
Teori ini dijelaskan oleh Abraham Maslow dan merupakan teori motivasi kerja yang paling luas dikenal. Menurutnya, individu dimotivasi oleh kebutuhan yang belum dipuaskan, yang paling rendah, paling dasar dalam tata tingkat. Maslow juga mengatakan bahwa kondisi manusia berada dalam kondisi mengejar yang berkesinambungan. Jika satu kebutuhan dipenuhi, langsung kebutuhan tersebut diganti oleh kebutuhan lain.
a.      Kebutuhan Fisiologikal (Faali)
Merupakan kebutuhan yang timbul berdasarkan kondisi fisiologikal tubuh kita, seperti kebutuhan akan oksigen, kebutuhan untuk makan, kebutuhan untuk minum, dsb. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi, maka individu akan berhenti eksistensinya.
b.      Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan ini masih sangat dekat dengan kebutuhan sebelumnya. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk dilindungi dari ancaman bahaya dan juga ancaman fisik. Kebutuhan ini kita butuhkan saat ada bentuk “rasa asing” sewaktu menjadi tenagan kerja baru.
c.       Kebutuhan Sosial
Kebutuhan ini mencakup dalam memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, rasa memiliki. Dalam pekerjaan akan irasakan bahwa kelompok internal merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sosial seorang tenaga kerja.
d.      Kebutuhan Harga Diri (Esteem Needs)
Ada dua jenis dalam kebutuhan ini, antara lain :
§  Faktor internal yang mencakup kebutuhan harga diri, kepercayaan diri, otonomi dan kompetensi
§  Faktor eksternal, kebutuhan yang berhubungan dengan reputasi seperti kebutuhan untuk dikenali dan diakui.
e.       Kebutuhan Aktualisasi Diri
Dalam kebutuhan ini tiap individu pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk mejadi kreatif, kebutuhan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh. Kebutuhan ini menekankan kebebasan dalam melakukan tugas pekerjaan.

2.      Teori Dua Faktor
Teori ini biasa dinamakan teori hygiene-motivasi yang dikembangkan oleh Herzberg. Ia temukan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja berbeda dengan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor ini dibagi dalam dua jenis kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor eksternal.
a.      Faktor Intrinsik
1)      Tanggung Jawab, besar kecilnya tanggung jawab yang dirasakan diberikan kepada seorang tenaga kerja
2)      Kemajuan, besar kecilnya kemungkina tenaga kerja dapat mengalami kemajuan dalam pekerjaanya.
3)      Pekerjaan itu sendiri, besar kecilnya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya.
4)      Capaian, besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai prestasi kerja yang tinggi.
5)      Pengakuan, besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas unjuk-kerjanya.
b.      Faktor Eksternal
1)      Administrasi dan kebijakan perusahaan, derajat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan.
2)      Penyeliaan, derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan diterima oleh tenaga kerja.
3)      Gaji, derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan unjuk-kerjanya.
4)      Hubungan antarpribadi, derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya.
5)      Kondisi kerja, derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan tugas pekerjaannya.

3.      Teori Motivasi Berprestasi (Achievement Motivation)
Teori ini dikembangakan oleh David McClelland. Teori ini dibagi dalam tiga bagian kebutuhan, yaitu :
a.      Kebutuhan untuk Berprestasi
Merupakan dorongan yang kuat untuk berhasil, yang lebih mengejar prestasi pribadi daripada imbalan terhadap keberhasilan. Mereka bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien dibandingkan hasil sebelumnya. McClelland menemukan bahwa mereka dengan dorongan prestasi yang tinggi berbeda dari orang lain dalam keinginan kuat mereka untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik. Mereka mencari kesempatan dimana mereka memiliki tanggung jawab pribadi dalam menemukan jawaban-jawaban terhadap masalah.
b.      Kebutuhan untuk Berkuasa
Dalam kebutuhan ini adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. Individu dengan kebutuhan ini menyukai pekerjaan dimana mereka menjadi pemimpin dan mereka berupaya mempengaruhi orang lain.
c.       Kebutuhan untuk Berafiliasi
Individu yang berkebutuhan ini ialah orang-orang yang berusaha mendapatkan persahabatan. Mereka ingin disukai dan diterima oleh orang lain. Mereka lebih menyukai situasi-situasi koperatif dari situasi kompetitif, dan sangat  menginginkan hubungan-hubungan yang melibatkan pengertian dalam derajat tinggi. Mereka akan berusaha untuk menghindari konflik.

Beberapa teori motivasi diatas merupakan teori  yang menurut pendapat saya dalam menggerakan karyawan agar dapat melaksanakan proses kerja dengan semangat.

II.      Pola-pola kepemimpinan
1.      Pola Kepemimpinan Autokratis
Biasanya pemimpin jenis ini mengambil keputusan berdasarkan argumentasi sendiri. Mereka cenderung lebih menaruh perhaitan pada pencapaian tugas daripada perhatian pada tiap individunya. Kepemimpinan yang autokratis cenderung meningkatkan permusuhan dan agresi atau apati dan menurunkan inisiatif.
Kelebihan dalam pola kepemimpinan ini, adalah :
a.       Pencapaian prestasi dan efesiensinya lebih baik
b.      Ketepatan dan ketegasan memungkinkan kinerja semakin tinggi karena manajemen dapat merealisasikan rencana yang telah ditetapkan.
c.       Dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat
Kekurangan dalam pola ini, yaitu :
a.       Dapat bertindak sewenang-wenang
b.      Tidak ada dorongan semangat kerja pada bawahan
c.       Kurang memiliki rasa kekeluargaan
Jenis pola kepemimpinan ini akan lebih cocok diterapkan dalam hal yang berkaitan dengan akademi kemiliteran. Dan juga cocok jika dalam situasi pekerjaan memiliki keterampilan yang sama seperti menjahit dalam industri pakaian.

2.      Pola Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin melibatkan pengikutnya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada individu dan berfokus pada hubungan manusia dan kerja tim. Kepemimpinan yang demokratis mengakibatkan peningkatan produktivitas dan kepuasan kerja.
Kelebihan dalam pola kepemimpinan ini, adalah :
a.       Memiliki sifat tenggang rasa
b.      Menciptakan suasana kekeluargaan
c.       Bersifat terbuka
d.      Mampu mendorong bawahan untuk mencapai hasl yang lebih baik
e.       Adil dan bijaksana
f.       Dapat menghargai bawahan, dll.
Kekurangan dalam pola ini, yaitu :
a.       Dalam mengambil keputusan membutuhkan waktu yang lama karena membutuhkan persetujuan daribanyak pihak.
b.      Cenderung menghasilkan keputusan yang paling banyak disukai daripada keputusan yang memang tepat digunakan.
Pola kepemimpinan ini sangat cocok diterapkan dalam situasi yang sangat membutuhkan kerjasama dalam tim, contohnya yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan.

3.      Pola Kepemimpinan Laissez-faire
Merupakan pemimipin yang kendur dan permisif serta abstain dalam memimpin. Mereka memupuk kebebasan dalam memimpin untuk semua orang dan menginginkan agar setiap individu merasa nyaman. Kepemimpinan yang bersifat laissez-faire mengakibatkan prduktivitas yang rendah dan frustasu para pekerja.
Kelebihan pada pola kepemimpinan ini, yaitu :
a.       Dapat dengan baik menghargai pendapat bawahan
b.      Menjunjung tinggi hak asasi
c.       Mampu membangun kepercayaan pada bawahan
Kekurangan dalam pola ini, yaitu :
a.       Perencanaan dan tujuannya kurang jelas
b.      Kurang dapat memberikan dorongan pada bawahan
c.       Pelaksaan pekerjaan tidak terkendali
d.      Kurang adanya rasa tanggung jawab
Pola jenis ini sangat cocok digunakan pada pekerja kreatif yang lebih senang mencari jalan kesenangan sendiri seperti, arsitektur, design grafis, dsb.

Daftar Pustaka :
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press
Swansburg, R.C. (2001). Pengembangan Staf Keperawatan – Suatu Komponen Pengembangan SDM. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Grede, R. (2006). 5 Strategi Ampuh Berbisnis. Yogyakarta: B-First
Ayub, M.E., Muhsin, MK., Ramlan, M. (2007).  Manajemen Masjid. Jakarta: Gema Insani Press