Tulisan 1 !
AUDI RESTI IRWANTI
2 PA 09 / 11512239
I.
Saya
adalah anak pertama dari dua bersaudara. Nama saya Audi Resti Irwanti. Saya
dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 1994. Sekarang saya sedang
menempuh pendidikan di Universitas Gunadarma jurusan Psikologi, dan masuk dalam
kelompok kelas 2PA09. Saya tinggal di daerah Cikarang Utara – Kabupaten Bekasi.
Menurut
rekan saya, saya itu memiliki sikap tegas, hal ini mungkin dikarenakan saya
menyukai hal yang mengarah pada kedisiplinan, karena dari jaman Sekolah Dasar
orangtua saya sudah membiarkan saya untuk mengikuti berbagai oraganisasi yang
mengarah pada kedisiplinan seperti pramuka juga paskibra. Saya menyukai hal-hal
yang dikerjakan dengan gerakan cepat atau biasa disebut gercep. Saya senang jika bisa berdiskusi dengan orang-orang yang
memang saya percayai. Saya merasa bahwa saya itu mandiri karena orangtua saya
pun tidak membiasakan untuk memanjakan tiap anaknya, itu merupakan beberapa
dari kelebihan yang saya miliki.
Seperti
manusia biasanya, saya pun mempunyai kekurangan. Diantaranya, saya itu gampang
pesimis. Selalu merasa engga enakan sama oranglain. Saat saya marah atau bete
dengan suatu keadaan, saya lebih suka diam, bahkan trkadang saya lebih suka
menyendiri jika sedang marah. Kadang juga saya egois, ingin menyelesaikan
segala sesuatunya sendiri. Karena saya terkadang merasa nyaman dan merasa bisa
mengerjakan dengan cepat jika dikerjakan sendiri. Saya juga terkadang dibilang
memiliki inisiatif atau tingkat nalar yang tinggi dari nalar yang tinggi itu
saya jadi suka negatif thinking pada oranglain. Semoga berbagai kekurangan yang
saya sebutkan tidak diikuti atau dialami oleh teman-teman yagn membaca ini ^^
II.
Ada
kutipan berita yang saya dapat dari koran “ Pos Kota “, yang tebit pada tanggal 25 Maret 2014 yang isinya
sebagai berikut,
“ Lompat dari lantai 5 RS pasien
DBD tewas, diduga tak punya biaya “
Pulogadung
– pasien penderita DBD, Saparudin Siregar, 38, tewas diduga setelah melompat
dari lantai 5 RS Omni Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur, korban bunuh diri
lantaran tak punya uang untuk membayar perawatan rumah sakit.
Kapolsek
Pulogadung, Kompol M.Nasir, senin, menjelaskan menurut keterangan saksi yakni
dua karyawan RS. Omni, Ahmad dan Solihin, korban dirawat sejak kamis (20/3) di
ruang rawat di lantai 5 dekat jendela.
Tiba-tiba pada
minggu (23/3) siang pukul 14:15, korban yang diketahui warga kelurahan Rawa
Terate, Cakung itu membuka jendela di ruang perawatannya dan terjatuh. “ Korban
terbentur kanopi di lantai satu dan jatuh kebawah dengan luka-luka. Lengan sebelah
kanan patah, perut bagian kanan sobek pendarahan, lengan tangan kiri luka
lecet. Korban meninggal setelah mendapat perawatan selama 3 jam.” Ujar kapolsek.
Menangapi peristiwa
ini, Komite Etik dan Humaskum RS Omni Polumas, engan merinci permasalahan apa
yang telah dialami pasien.
Meurut tetangganya,
saparudin dikenal kurang sosialisai dengan para tetangga. Dari informasi yang
diperoleh pun, istri saparudin juga tengah dirawat diurmah sakit, yang juga
sedang mengalami sakit parah, namun bemu diketahui mengalami sakit parahtetapi
belum tau penyakitnya apa dan dirawat dimana.
Menurut pendapat
saya mengenai berita tersebut, dari permasalahan awal pun sudah diketahui bahwa
korabn tidak pandai bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, bisa dikatakan
korban tidak pandai menyesuaikan diri, padahal meurut Desmita ( 2009:191 )
penyesuaian diri ini menyangkut aspek kepribadian individu, sehingga dengan
tidak adanya banyak teman, individu cenderung akan menyimpan permasalahan
sendiri, todak bisa berdiskusi untuk meringankan beban yagn dihadapinya,
seperti permasalahn biaya yang idalami korban untuk membayar rumah sakit. Dari seringnya
memendam masalah sendiri akan membuat individu stres, stres inilah yang membuat
seorang individu menjadi memiliki kepribadian yang tidak sehat mental atau
fisik.
Maka dari itu,
kita semua yang telah memahami konsep sehat, penyesuaian diri ada baiknya
melakukan yang seharusnya dilakukan dengan baik, agar terhindar dari stres, dan
penyakit jiwa lainnya.
Sumber :
1. Pos
Kota. Lompat Dari Lantai 5 RS Pasien DBD Tewas, Diduga Tak Punya Biaya. 2014. Jakarta
2. Desmita.
Psikologi Perkembangan. 2009. Bandung.
Remaja Rosda Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar